MENGABDI
DALAM SEGALA HAL
(Lukas 17:7-10;
Minggu 20 Pebruari 2011)
Yesus membuat gambaran tentang loyalitas seorang hamba
terhadap majikan sebagai model perbandingan untuk memudahkan manusia memahami
tugasnya sebagai hamba Allah. Seorang hamba terikat untuk menyelesaikan semua
tugas yang diembankan kepadanya. Keterikatan seorang hamba boleh jadi karena
latar belakangnya sebagai budak belian, atau ada kontrak yang harus dipatuhi di
antara majikan dan hamba. Jika keterikatan itu berakhir, maka seorang hamba dinyatakan
merdeka dan dapat meninggalkan majikannya. Hubungan hamba dan majikan dalam
versi masyarakat adalah dua pihak yang berbeda sampai selamanya. Hasil yang
dikerjakan seorang hamba adalah untuk kepentingan, kenikmatan, kesenangan,
kesejahteraan, keamanan, pokoknya terarah kepada sang majikan. Ada hubungan
struktural atas bawah, dan senantiasa ada jarak yang mengantarai hamba dan
majikan. Majikan itu sendirilah yang memberikan nilai terhadap kualitas
pekerjaan yang berhasil diselesaikan. Pemberian nilai dan penghargaan terjadi
sesudah tugas majikan dikerjakan dengan benar dan sempurna.
Jika orang beriman digambarkan sebagai hamba yang mengabdi
kepada Allah, maka ia mengabdi seumur hidup dengan kontrak yang dibuat sepihak
oleh Allah. Seorang abdi Allah berbakti dengan segenap hati, sekuat tenaga,
menunaikan semua tugas dengan benar, sempurna dan tuntas. Orang yang berbakti
kepada Allah berubah menjadi warga kerajaan sorga, sebagai anak yang mewarisi
segala milik Sang Majikan. Seorang abdi Allah diperlakukan sebagai seorang
anak. Hamba Allah diijinkan untuk memahami semua kehendak Sang Majikan yang
bertindak sebagai Bapa. Bagi Yesus, pengabdian seorang hamba adalah membaktikan
diri kepada Majikan Imajiner, yakni Allah. Tidak ada pertemuan tatap muka, juga
tidak ada perintah harian, hanya ada firman yang tertulis dan usianya sudah
ribuan tahun. Firman seperti itu menjadi komando bagi seorang abdi Allah.
Proses mengabdi kepada Allah dengan cara menjadi pelaku
firman, akan membuat hamba yang bersangkutan dibebaskan dari semua jarak yang
memisahkan Allah dan manusia. Dengan melakukan firman Allah manusia menjadi
hamba yang terhubung secara langsung dengan Allah, sumber dan pemilik firman
itu sendiri. Inilah pengabdian yang sesungguhnya. Mengabdi untuk merealisasikan
firman Allah. Ketika abdi Allah mengerjakan firman-firman dalam kerajaan
sorga,maka semua hasil menjadi milik pelakunya, milik hamba yang berbakti.
Allah merealisasikan firmanNya bagi kepentingan pendoa, yakni sang abdi Allah.
Bukan untuk keselamatan, keamanan, kesejahteraan, kenikmatan, dan keuntungan
Sang Majikan (yakni Allah), tetapi totalitas ibadah yang dilakukan bermanfaat
dalam segala hal bagi Abdi Allah (1 Timotius 4:8).
Jika hasil pengabdian kepada sesama manusia adalah demi
kepentingan majikan, maka mengabdi dalam segala hal kepada Allah hasilnya
tertuju kepada Sang Abdi Allah. Yesus membandingkandua model pengabdian sejak
abad pertama. Lebih sederhana, dengan mempergunakan waktu, perhatian dan energi
untuk melakukan semua kehendak Allah yang terkandung di dalam firmanNya, maka
hal itu akan mendatangkan segala karunia sebagaimana termaktub dalam firmanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar