Teologi neo-ortodoks adalah
teologi yang muncul Karena adanya suatu keinginan untuk memperbaharui teologi
ortodoks. Neo-ortodoksi menggambarkan adanya kontras hubungan ilahi-manusia
Karena mengungkapkan bahwa seseorang dapat mengalami hubungan dengan Allah
melalui satu situasi kritis. “Penekanan noe-ortodoksi adalah pada jarak antara
Allah dan manusia, kekinian dan keabadian, dua hal kelihatan saling bertentangan
tapi tak bisa dipisahkan.”1 Karl
Barth adalah pemimpin neo-ortodoks dalam menentang liberalisme abad ke-19.
Pengajaran tentang kebaikan manusia dan optimisme tentang kemajuan, yang ia
pelajari dari liberalisme, menjadi sesuatu yang tidak berarti ketika
berlangsung perang dunia I. Karl Barth adalah seorang tokoh yang ingin
memperbaharui paham yang ada dalam liberalisme. Ia ingin mengembalikan paham
yang menyimpang dari Alkitab kembali lagi kepada Alkitab. Karl Barth adalah
seorang pengajar yang pernah menjadi dosen di berbagai teologia. Dalam
pengajarannya, ia mengajar tentang dogmatika dan Perjanjian Baru. Situasi
sejarah dalam pengaruh teologi liberal mendorong manusia berusaha mengiasai
allah untuk kepentingan diri sendiri, tetapi mendatangkan krisis karena hukuman
dan pengadilan Allah. Sangat perlu bagi setiap orang percaya untuk mengetahui
kebenaran yang diberikan oleh Alkitab. Banyak teologi sekarang ini yang tidak
berdasr kepada otoritas Alkitab, tetapi manusia membuat sesuatu itu dengan menggunakan
akal pikiran sendiri tetapi tidak lagi berdasar pada Alkitab. Alkitab hanyalah
sebagai pelengkap dari ide pemikiran yang diungkapkan. Alkitab hanyalah sebagai
pendukung dari ide yang diungkapkan oleh teologi Karl Barth.
Bibliologi Karl Barth
Pandangan Karl Barth sangat
berbeda dengan paham yang dimiliki oleh pandangan tradisional ortodoks dan
pandangan injili yang sekarang. Sebelum Karl Barth ada banyak pandangan yang
timbul mengenai otoritas Alkitab. Namun dalam semuanya itu, belum mengakui Alkitab
sebagai otoritas tertinggi atas segalanya. Bart mencoba ingin kembali kepada
alkitab, yang dalam liberalisme disingkirkan. Ia terdorong untuk kembali pada
pandangan tradisional ortodoksi tentang Alkitab. Namun ia tidak menghargai
Alkitab sebagai firman Allah Karena ia menggunakan akal pikirannya untuk
mengerti Alkitab. Pandangan ortodoks yang mengakui Alkitab sebagai firman Allah
tidak diakui dan dianggap sebagai hal yang keliru. “Menurutnya, firman Allah
merupakan ‘peristiwa’, sesuatu yang dinamis, bukan penyataan yang statis.
Firman Allah adalah sesuatu yang terjadi pada kita, ketika Allah berbicara
melalui Yesus Kristus.”2 Artinya
adalah bahwa Karl Barth tidak menerima sepenuhnya Alkitab sebagai firman Allah.
Ia menolak ketaksalahan atau ketakkeliruan Alkitab. Menurut Barth, Alkitab
bukanlah firman Allah secara keseluruhan, tetapi para penulis hanya menuliskan
pengalaman mereka dan menghubungkannya dengan firman Allah. Dengan membaca
pengalaman para penulis tersebut, diharapkan seseorang juga dapat mengalami
penyataan Allah, dan pada saat itulah Alkitab menjadi firman Allah pada orang
itu. Menurut Barth, Alkitab menjadi firman Allah sejauh Allah berbicara
melaluinya. Alkitab bukanlah Firman Allah sebelum menjadi nyata atau sebelum
berbicara dalam situasi eksistensial.
Teologi proper Barth
Barth
dipengaruhi oleh Yohanes Kalvin yang menekankan kedaulatan Allah yang
transenden, tapi berbeda dalam berbicara tentang pilihan. Kalvin berbicara
mengenai pilihan manusia sedangkan Barth mengenai pilihan Kristus. Yesus
Kristus adalah sebagai subjek yang memilih sekaligus sebagai objek yang
dipilih. “Allah, di dalam anugrahnya memilih Kristus, dan melalui Dia manusia
dipilih dan didamaikan dengan Allah.”3
Dari pemahaman ini dapat dilihat dan dimengerti bahwa pandangan Karl Barth
tidak mengungkapkan keAllahan Yesus Kristus. Ia membedakan Allah dengan
Kristus, sedangkan Allah sendiri adalah Yesus Kristus. Dalam hal ini, Tidak
mengakui tritunggal.
Bagi Barth sendiri, Allah itu
adalah Allah yang transenden yang mutlak. Allah tidak bisa diidentifikasikan
dengan barang apapundi dunia ini. Artinya adalah bahwa Barth berpendapat Allah
itu bukan seorang pribadi yang dapat dijelaskan. Menurut Barth seseorang bisa
berbicara kepada Dia tetapi tidak bisa berbicara tentang Dia, karena menurut
Barth Allah itu absolut, berdaulat dan tak terbatas.
Dalam bukunya, Harvie M. Conn mengatakan
bahwa: “sama seperti metode dialektika Barth itu, maka tekanannya ialah bahwa
Allah adalah” yang mutlak berbeda” menjadikan Allah tidak dapat dijelaskan.
Karena Allah bukan objek dalam waktu dan ruang, karena Allah adalah “Yang tidak
dikenal” (bahasa Kiergaard), karena “Yang tidak dapat diteliti … Yang
tersembunyi itu adalah sifat Dia yang disebut Allah”, maka manusia tidak dapat
mengenal Dia secara langsung.4
Dari uraian di atas dapat
dipahami bahwa konsep Karl Barth tentang Allah ialah bahwa Allah tidak bisa
dipahami dan dimengerti oleh manusia. Allah itu sangat jauh dari manusia
sehingga manusia tidak dapat mengidentifikasi Allah dengan benar.
Bagi Barth, Allah
itu tidak bisa dipahami dan tidak imanen. Hanya transenden.
Kristologi Barth
Dalam pemahaman
teologi Barth ditekankan pada sentralisasi Kristus. Kristus menjadi titik tolak
dan pusat teologia. Kristus adalah Allah yang dipilih dan sekaligus manusia
yang terpilih. Pemilihan Kristus berarti pemilihan dari komunitas. Ia
mengajarkan pemilihan ganda, bahwa Allah dan Kristus telah menjadikan diri
mereka terkutuk karena dosa manusia.Mrnutut Barth bahwa seseorang diselamatkan
hanya karena pilihan Allah. Bagi Barth, Yesus merendahkan diri sebagai hamba
hanyalah sebagai symbol kerendahan hati Yesus. “Barth menolak mengakui
pandangan tradisional tentang dua macam keadaan Kristus – perendahan dan
pemuliaan Kristus yang berjalan secara kronologis”5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar